Bahan pengawet kayu (BPK) adalah senyawa kimia yang diberikan terhadap kayu sehingga menjadi tahan terhadap berbagai serangan cendawan, serangga dan organisme perusak-perusak kayu lainnya (Duljapar 1996).
Setiap bahan pengawet mengandung racun yang berguna untuk meracuni organisme perusak kayu. Daya racun dari setiap bahan pengawet sangat mempengaruhi hasil pengawetan. Sesuai dengan pendapat Suranto (2002), yang menyatakan bahwa kemanjuran (efektivitas) bahan pengawet bergantung pada toksisitas terhadap organisme perusak kayu atau organisme yang berlindung di dalam kayu. Semakin tinggi kemampuan meracuni organisme perusak kayu, semakin manjur dan semakin efektif pula bahan pengawet itu digunakan untuk mengawetkan kayu.
Bahan pengawet yang digunakan secara komersial harus mempunyai persyaratan seabagai berikut
Memiliki daya penetrasi yang cukup tinggi Untuk mendapatkan proteksi yang tinggi, bahan pengawet kayu yang baik harus mempunyai daya penetrasi yang cukup dalam.
Memiliki daya racun ampuh Efektivita bahan pengawet kayu tergantung pada daya racunnya (toxity) atau kemampuan menjadikan kayu tersebut beracun terhadap organisme perusak kayu.
Bersifat permanen Sifat permanen suatu bahan pengawet ialah tidak mudahnya tercuci oleh air dan tidak mudah menguap. Dengan demikian, kayu yang telah diawetkan dapat mencapai umur pakai sampai puluhan tahun.
Aman dipakai Bahan pengawet yang tidak menimbulkan resiko khusus terhadap para pemakai dan hewan peliharaannya.
Tidak bersifat Korosif terhadap logam Yaitu sifat yang tidak dikehendaki sebab dapat merusakan logam pada alat pengawet maupun paku.
Bersih dalam pemakaian Bersih dalam pemakaian maksudnya bahan pengawet yang dipakai tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mencemari bahan makanan dan lingkungan.
Tidak mengurangi sifat baik kayu
Tidak mudah terbakar
Mudah diperoleh dengan harga murah (Duljapar, 1996).
Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis bahan pengawet. Dalam praktek biasanya diperhatikan sifat-sifat mana yang perlu tergantung pada tujuan pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu memilih bahan pengawet kayu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut
Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.
Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.
Syarat-syarat kesehatan.
Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangan perusak kayu yang hebat, perlu diambil bahan pengawet yang tidak mudah luntur dan cukup beracun bagi jamur. Bagi kayu untuk bangunan di bawah atap, perlu adanya bahan pengawet yang tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat, politur, dan lain-lain. Untuk kayu yang dipakai di luar ruangan, digunakan tipe bahan pengawet larut air tapi tidak mudah mengubah warna kayu tersebut. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen umumnya digenakan untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang berhubungan dengan air laut umumnya diawetkan dengan penggunaan tipe CCA (tembaga-chroom-arsen) atau dengan creosot, carbolineum, yang memiliki kadar racun yang tinggi.
Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang digunakan:
Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa sebagai bahan pengencer.
Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak sebagai bahan pengencer.
Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan dengan bermacam-macam minyak.
1. Bahan pengawet larut air:
Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:
Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat, dan tepung.
Tidak mengotori kayu.
Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau cat) setelah kayu tersebut dikeringkan terlebih dahulu.
Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam kayu.
Mudah luntur.
Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di dalam rumah (perabot, dan lain-lain) yang umumnya terletak di bawah atap. Dianjurkan, setelah kayu perabot tersebut diawetkan dan dikeringkan, selanjutnya di-finishing. Gunanya untuk menutup permukaan kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh oleh udara lembab, sebab kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis). Nama-nama bahan pengawet dalam perdagangan antara lain: Tanalith C, Celcure, Boliden, Greensalt, Superwolman C, Borax, Asam Borat, dan lain-lain. Konsentrasi larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah diawetkan (rata-rata 5-10%).
2. Bahan pengawet larut minyak:
Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:
Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Pada waktu akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut antara lain: solar, minyak disel, residu, dan lain-lain.
Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak dapat bertoleransi dengan air.
Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.
Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).
Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.
Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.
Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi antara minyak dan kandungan air pada kayu.
Mudah terbakar.
Tidak mudah luntur.
Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain: PCP (Pentha Chlor Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate, Tributyltin-oxide, Dowicide, Restol, Anticelbor, Cuprinol, Solignum, Xylamon, Brunophen, Pendrex, Dieldrien, dan Aldrin.
3. Bahan pengawet berupa minyak:
Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan dijauhkan dari hubungan manusia, karena baunya tidak enak dan mengotori tempat. Penggunaannya dengan metode tertentu. Nama-nama perdagangan yang terkenal antara lain: Creosot, Carbolineum, Napthaline, dan lain-lain. Umumnya penggunaan bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak tidak begitu luas dalam penggunaan, orang lebih cenderung menggunakan bahan pengawet yang lain dalam arti mudah dan praktis.
Demikian tulisan mengenai bahan pengawet kayu, semoga bermanfaat dan bisa menambah literatur Anda mengenai langkah-langkah pengawetan kayu.